Senin, 01 Agustus 2016

Apakah Paulus Pencipta Iman Kristen?

Ya dan tidak. Begitu jawabannya.
Jika menciptakan berarti memberikan kontribusi pada pemahaman tentang iman Kristen dan mempengaruhi orang Kristen lainnya untuk berpikir serupa, ya. Paulus ikut menciptakan Kekristenan.
Jika menciptakan berarti melakukan fabrikasi atau pemalsuan dari ajaran asli iman Kristen, tidak. Paulus tidak melakukannya.
Saya ingin mengajukan tiga alasan mengapa Paulus memberikan kontribusi, bukan fabrikasi terhadap pembentukan iman Kristen.
Pertama, iman Kristen pertama-tama dipeluk oleh sekelompok orang Yahudi dari latar belakang sangat sederhana. Murid-murid Yesus yang pertama itu bukanlah orang yang makan bangku sekolahan. Mereka kebanyakan adalah nelayan yang paham ikan dan ombak, bukan filsafat dan teologi. Mereka berbahasa Ibrani dengan dialek Aram. Paulus-lah penganut iman Kristen awal yang berpendidikan baik. Ia murid Gamaliel, seorang guru agama Yahudi terkemuka. Dia lahir di wilayah Kekaisaran Romawi sehingga mahir berbahasa Yunani. Penting untuk dicatat bahwa semua isi Perjanjian Baru (Kitab Suci Kristen yang ditulis setelah Yesus lahir) tertulis dalam Bahasa Yunani. Dapat dibayangkan kalau kita perbandingkan tulisan-tulisan Paulus dengan tulisan para murid Yesus, jelaslah tulisan Paulus akan lebih mudah dipahami dan lebih masuk akal. Dia dapat dianggap sebagai jurubicara pertama iman Kristen yang becus melakukan tugasnya.
Saya ingin menggaris bawahi bahwa Paulus dapat dianggap sebagai jurubicara pertama. Dia mengemukakan apa yang menjadi isi hati, pemikiran, dan kepercayaan umat Kristen mula-mula dengan bahasa yang logis dan dapat dipahami oleh orang-orang Yunani kuno yang sudah sedemikian maju logika dan peradabannya. Ada satu tulisan Paulus sebagaimana tercantum di Surat Kiriman Paulus yang Pertama kepada Timotius, muridnya, (I Timotius, singkatnya, kalau ingin cari di Perjanjian Baru) yang berisi kutipan dari sebuah lagu Kristen yang awal sekali. Bunyinya begini:
“Dia (Yesus), yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia,
Dibenarkan dalam Roh;
yang menampakkan diriNya kepada malaikat-malaikat,
diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah;
yang dipercayai di dalam dunia,
diangkat dalam kemuliaan.”

Lagu ini secara hakiki merangkum isi kepercayaan Kristen yang sampai sekarang pun dikhotbahkan di gereja-gereja. Yesus mengambil rupa manusia walaupun dia sendiri adalah Roh Allah dan diangkat dalam kemuliaan ke Sorga. Dan Paulus mengutipnya. Ini berarti ada orang lain lagi sebelum Paulus yang menuliskannya. Paulus tidak menciptakan inti hakiki iman Kristen. Dia meneruskan dan mengomunikasikannya. Tidak heran tentunya, karena Paulus adalah komunikator pertama iman Kristen yang cakap, banyak orang Kristen selanjutnya dipengaruhi oleh cara tulis, cara pikir, dan cara tafsir Paulus akan beragam pokok iman Kristen.
Kedua, Paulus jelas pula bukan yang pertama-tama mengaku Yesus adalah Tuhan. Ada anggapan yang luas beredar bahwa Yesus tidak pernah mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Klaim Yesus adalah Tuhan buatan Paulus, kata mereka. Saya sangat menyarankan orang-orang seperti itu untuk membaca Kitab Injil menurut penuturan Yohanes. Yohanes adalah salah satu murid yang paling dekat dengan Yesus dan dia punya catatan yang sangat intim tentang perkataan-perkataan Yesus. Yesus pernah bilang begini, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30). Yesus menyebut Tuhan Allah dengan sapaan yang sangat akrab, Bapa. Dengan mengatakan dirinya dan Tuhan Allah adalah satu, dia menyamakan dirinya dengan Tuhan Allah. Yohanes kemudian mencatat orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus karena dengan jelas ia mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Ini adalah dosa besar. Orang semacam ini yang menyekutukan Tuhan Allah dengan dirinya sendiri layak mati menurut hukum agama Yahudi dengan cara dilontari batu.
Kemudian hari, seorang murid pertama Yesus lainnya yang bernama Tomas berkata kepada Yesus, “Ya Tuhanku dan Allahku.” Yesus kemudian menjawab pengakuan Tomas, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yohanes 20:28-29).  Yesus dengan gembira menyambut pengakuan orang bahwa dia adalah Tuhan dan Allah. Jadi Yesus mengklaim dirinya sebagai Tuhan, maka tidak heran murid-muridnya mengakui dia sebagai Tuhan juga.
Ketiga, iman Kristen sejak awal sekali adalah konstruksi dan kompromi dari begitu banyak pemimpin gereja. Kitab Kisah Para Rasul di Perjanjian Baru adalah catatan historis dari perspektif iman Kristen tentang sejarah gereja mula-mula sepeninggal Yesus. Di situ dicatat para murid pertama Yesus dengan pemimpin gereja selanjutnya berkali-kali bersidang membuat keputusan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan dipercayai gereja. Di salah satu sidang yang agak kemudian barulah Paulus muncul bertemu dengan pemimpin gereja mula-mula di kota Yerusalem. Pokok persidangan itu adalah bagaimanakah gereja seharusnya menerima orang-orang Kristen dari latar belakang bukan Yahudi. Di masa itu orang-orang Kristen masih didominasi orang beretnis Yahudi, baru kemudian karena peran Paulus, ada banyak orang Kristen beretnis Yunani. Paulus berargumen, senada dengan Petrus (murid Yesus yang paling terkemuka) bahwa orang-orang Yunani jika masuk Kristen tidak perlu mengadopsi budaya Yahudi (Kisah Para Rasul 15). Kemudian hari gereja terus bersidang. Pada sidang tahun 393 M di kota Hippo di Afrika Utara barulah diputuskan daftar resmi tulisan-tulisan yang dimasukkan ke dalam kitab suci orang Kristen (Alkitab). Termasuk dalam daftar itu adalah sejumlah tulisan Paulus dalam bentuk surat-surat kirimannya kepada jemaat dan orang tertentu. Tidak semua surat dan tulisan Paulus masuk dalam daftar itu. Tidak semuanya sebagus itu dan tidak semuanya memiliki isi yang layak dianggap sebagai kitab suci. Sidang-sidang itulah yang menentukan ajaran iman Kristen. Sidang yang paling besar dalam ingatan modern adalah Konsili Vatikan yang Kedua yang berakhir tahun 1962. Dalam sidang itu ada re-orientasi besar-besaran dalam ajaran Gereja Katolik Roma, misalnya, dalam hal mereka memandang hubungan dengan agama-agama lain dan dalam merayakan ibadah mereka.
Jadi iman Kristen jelas buatan manusia, kan? Ya, saya tidak menyangkalnya. Ada campur tangan manusia yang kuat dalam menentukan isi iman tersebut. Namun, bagi orang Kristen, sidang seperti itu adalah tanda bahwa Roh Allah menuntun gereja melalui para pemimpin yang menerima ilham ilahi. Bagi yang non-Kristen, itu barangkali tanda bahwa sedang terjadi fabrikasi atas isi iman Kristen, suatu revisi buatan manusia akan wahyu Tuhan yang pertama-tama turun di antara orang Yahudi. Saya tidak tersinggung dengan pernyataan seperti itu. Benar bahwa iman Kristen toh adalah sebuah reaksi terhadap iman Yahudi yang dianggap menyeleweng dari inti ajarannya pada saat itu.
Saya malah lebih tersinggung kalau ada yang bilang iman Kristen itu aslinya turun bulat-bulat dari langit tanpa ada campur tangan manusia. Yang beriman dan beragama toh manusia. Kalau suatu agama tidak dibahasakan dan dirangkai dengan logika manusia, pertimbangan manusia, dan peran serta manusia, itu berarti sang ‘Tuhan’ memaksakan kehendaknya dan cara pikirnya kepada manusia. ‘Tuhan’ semacam itu bak diktator yang terlalu kaku dan keras bagi saya. Sebaliknya iman Kristen telah menjadi iman manusia justru karena dipertimbangkan, diperdebatkan, disetujui oleh manusia yang bersidang. Iman Kristen memandang tindakan manusiawi itu juga adalah tindakan ilahi karena Roh Allah ikut membimbing percakapan dalam sidang tersebut. Dan lebih penting lagi, Yesus, yang bagi iman Kristen adalah Tuhan, juga diakui sebagai manusia seutuhnya. Dengan demikian, tindakan ilahi tidak selalu berbeda dengan tindakan manusiawi, dan tindakan manusiawi tidak selalu berbeda dengan tindakan ilahi.
Jadi Paulus memang punya andil yang besar dalam menentukan arah iman Kristen karena dialah jurubicara pertamanya, karena tulisannya masuk dalam daftar kitab suci Kristen, dan karena dia menyebarkan iman itu kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Apakah dia seorang diri membuat iman Kristen dan memalsukan isi ajarannya? Tidak. Ada banyak orang lainnya yang hidup sejaman dan/atau setelah Paulus yang menentukan isi iman Kristen, termasuk tentunya Yesus sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar