Ya dan tidak. Begitu jawabannya.
Jika menciptakan berarti memberikan kontribusi pada
pemahaman tentang iman Kristen dan mempengaruhi orang Kristen lainnya untuk
berpikir serupa, ya. Paulus ikut menciptakan Kekristenan.
Jika menciptakan berarti melakukan fabrikasi atau pemalsuan
dari ajaran asli iman Kristen, tidak. Paulus tidak melakukannya.
Saya ingin mengajukan tiga alasan mengapa Paulus memberikan
kontribusi, bukan fabrikasi terhadap pembentukan iman Kristen.
Pertama, iman Kristen pertama-tama dipeluk oleh sekelompok
orang Yahudi dari latar belakang sangat sederhana. Murid-murid Yesus yang
pertama itu bukanlah orang yang makan bangku sekolahan. Mereka kebanyakan
adalah nelayan yang paham ikan dan ombak, bukan filsafat dan teologi. Mereka
berbahasa Ibrani dengan dialek Aram. Paulus-lah penganut iman Kristen awal yang
berpendidikan baik. Ia murid Gamaliel, seorang guru agama Yahudi terkemuka. Dia
lahir di wilayah Kekaisaran Romawi sehingga mahir berbahasa Yunani. Penting
untuk dicatat bahwa semua isi Perjanjian Baru (Kitab Suci Kristen yang ditulis
setelah Yesus lahir) tertulis dalam Bahasa Yunani. Dapat dibayangkan kalau kita
perbandingkan tulisan-tulisan Paulus dengan tulisan para murid Yesus, jelaslah
tulisan Paulus akan lebih mudah dipahami dan lebih masuk akal. Dia dapat
dianggap sebagai jurubicara pertama iman Kristen yang becus melakukan tugasnya.
Saya ingin menggaris bawahi bahwa Paulus dapat dianggap
sebagai jurubicara pertama. Dia mengemukakan apa yang menjadi isi hati,
pemikiran, dan kepercayaan umat Kristen mula-mula dengan bahasa yang logis dan
dapat dipahami oleh orang-orang Yunani kuno yang sudah sedemikian maju logika
dan peradabannya. Ada satu tulisan Paulus sebagaimana tercantum di Surat
Kiriman Paulus yang Pertama kepada Timotius, muridnya, (I Timotius, singkatnya,
kalau ingin cari di Perjanjian Baru) yang berisi kutipan dari sebuah lagu
Kristen yang awal sekali. Bunyinya begini:
“Dia (Yesus), yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia,
Dibenarkan dalam Roh;
yang menampakkan diriNya kepada malaikat-malaikat,
diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah;
yang dipercayai di dalam dunia,
diangkat dalam kemuliaan.”
Lagu ini secara hakiki merangkum isi kepercayaan Kristen
yang sampai sekarang pun dikhotbahkan di gereja-gereja. Yesus mengambil rupa
manusia walaupun dia sendiri adalah Roh Allah dan diangkat dalam kemuliaan ke
Sorga. Dan Paulus mengutipnya. Ini berarti ada orang lain lagi sebelum Paulus
yang menuliskannya. Paulus tidak menciptakan inti hakiki iman Kristen. Dia
meneruskan dan mengomunikasikannya. Tidak heran tentunya, karena Paulus adalah
komunikator pertama iman Kristen yang cakap, banyak orang Kristen selanjutnya
dipengaruhi oleh cara tulis, cara pikir, dan cara tafsir Paulus akan beragam
pokok iman Kristen.
Kedua, Paulus jelas pula bukan yang pertama-tama mengaku
Yesus adalah Tuhan. Ada anggapan yang luas beredar bahwa Yesus tidak pernah
mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Klaim Yesus adalah Tuhan buatan Paulus, kata
mereka. Saya sangat menyarankan orang-orang seperti itu untuk membaca Kitab
Injil menurut penuturan Yohanes. Yohanes adalah salah satu murid yang paling
dekat dengan Yesus dan dia punya catatan yang sangat intim tentang
perkataan-perkataan Yesus. Yesus pernah bilang begini, “Aku dan Bapa adalah
satu” (Yohanes 10:30). Yesus menyebut Tuhan Allah dengan sapaan yang sangat
akrab, Bapa. Dengan mengatakan dirinya dan Tuhan Allah adalah satu, dia
menyamakan dirinya dengan Tuhan Allah. Yohanes kemudian mencatat orang-orang Yahudi
mengambil batu untuk melempari Yesus karena dengan jelas ia mengklaim dirinya
sebagai Tuhan. Ini adalah dosa besar. Orang semacam ini yang menyekutukan Tuhan
Allah dengan dirinya sendiri layak mati menurut hukum agama Yahudi dengan cara
dilontari batu.
Kemudian hari, seorang murid pertama Yesus lainnya yang
bernama Tomas berkata kepada Yesus, “Ya Tuhanku dan Allahku.” Yesus kemudian
menjawab pengakuan Tomas, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau
percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yohanes
20:28-29). Yesus dengan gembira
menyambut pengakuan orang bahwa dia adalah Tuhan dan Allah. Jadi Yesus
mengklaim dirinya sebagai Tuhan, maka tidak heran murid-muridnya mengakui dia
sebagai Tuhan juga.
Ketiga, iman Kristen sejak awal sekali adalah konstruksi dan
kompromi dari begitu banyak pemimpin gereja. Kitab Kisah Para Rasul di
Perjanjian Baru adalah catatan historis dari perspektif iman Kristen tentang
sejarah gereja mula-mula sepeninggal Yesus. Di situ dicatat para murid pertama
Yesus dengan pemimpin gereja selanjutnya berkali-kali bersidang membuat
keputusan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan dipercayai
gereja. Di salah satu sidang yang agak kemudian barulah Paulus muncul bertemu
dengan pemimpin gereja mula-mula di kota Yerusalem. Pokok persidangan itu
adalah bagaimanakah gereja seharusnya menerima orang-orang Kristen dari latar
belakang bukan Yahudi. Di masa itu orang-orang Kristen masih didominasi orang
beretnis Yahudi, baru kemudian karena peran Paulus, ada banyak orang Kristen beretnis
Yunani. Paulus berargumen, senada dengan Petrus (murid Yesus yang paling
terkemuka) bahwa orang-orang Yunani jika masuk Kristen tidak perlu mengadopsi
budaya Yahudi (Kisah Para Rasul 15). Kemudian hari gereja terus bersidang. Pada
sidang tahun 393 M di kota Hippo di Afrika Utara barulah diputuskan daftar
resmi tulisan-tulisan yang dimasukkan ke dalam kitab suci orang Kristen
(Alkitab). Termasuk dalam daftar itu adalah sejumlah tulisan Paulus dalam
bentuk surat-surat kirimannya kepada jemaat dan orang tertentu. Tidak semua
surat dan tulisan Paulus masuk dalam daftar itu. Tidak semuanya sebagus itu dan
tidak semuanya memiliki isi yang layak dianggap sebagai kitab suci.
Sidang-sidang itulah yang menentukan ajaran iman Kristen. Sidang yang paling
besar dalam ingatan modern adalah Konsili Vatikan yang Kedua yang berakhir
tahun 1962. Dalam sidang itu ada re-orientasi besar-besaran dalam ajaran Gereja
Katolik Roma, misalnya, dalam hal mereka memandang hubungan dengan agama-agama
lain dan dalam merayakan ibadah mereka.
Jadi iman Kristen jelas buatan manusia, kan? Ya, saya tidak
menyangkalnya. Ada campur tangan manusia yang kuat dalam menentukan isi iman
tersebut. Namun, bagi orang Kristen, sidang seperti itu adalah tanda bahwa Roh
Allah menuntun gereja melalui para pemimpin yang menerima ilham ilahi. Bagi
yang non-Kristen, itu barangkali tanda bahwa sedang terjadi fabrikasi atas isi
iman Kristen, suatu revisi buatan manusia akan wahyu Tuhan yang pertama-tama
turun di antara orang Yahudi. Saya tidak tersinggung dengan pernyataan seperti
itu. Benar bahwa iman Kristen toh adalah sebuah reaksi terhadap iman Yahudi
yang dianggap menyeleweng dari inti ajarannya pada saat itu.
Saya malah lebih tersinggung kalau ada yang bilang iman
Kristen itu aslinya turun bulat-bulat dari langit tanpa ada campur tangan
manusia. Yang beriman dan beragama toh manusia. Kalau suatu agama tidak
dibahasakan dan dirangkai dengan logika manusia, pertimbangan manusia, dan
peran serta manusia, itu berarti sang ‘Tuhan’ memaksakan kehendaknya dan cara
pikirnya kepada manusia. ‘Tuhan’ semacam itu bak diktator yang terlalu kaku dan
keras bagi saya. Sebaliknya iman Kristen telah menjadi iman manusia justru
karena dipertimbangkan, diperdebatkan, disetujui oleh manusia yang bersidang.
Iman Kristen memandang tindakan manusiawi itu juga adalah tindakan ilahi karena
Roh Allah ikut membimbing percakapan dalam sidang tersebut. Dan lebih penting
lagi, Yesus, yang bagi iman Kristen adalah Tuhan, juga diakui sebagai manusia
seutuhnya. Dengan demikian, tindakan ilahi tidak selalu berbeda dengan tindakan
manusiawi, dan tindakan manusiawi tidak selalu berbeda dengan tindakan ilahi.
Jadi Paulus memang punya andil yang besar dalam
menentukan arah iman Kristen karena dialah jurubicara pertamanya, karena
tulisannya masuk dalam daftar kitab suci Kristen, dan karena dia menyebarkan
iman itu kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Apakah dia seorang diri membuat
iman Kristen dan memalsukan isi ajarannya? Tidak. Ada banyak orang lainnya yang
hidup sejaman dan/atau setelah Paulus yang menentukan isi iman Kristen,
termasuk tentunya Yesus sendiri.